Kesetiaan Seorang Istri II

Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasanya kami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangun kannya, aku helus mukanya, aku cium kening nya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka'at.

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku liat dia dari balkon kamar kami dia bersiap-siap untuk pergi, aku memanggil nya tapi ia tak mendengar, lalu aku langsung ambil jilbabku, aku lari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku, aku mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi,, ada apa dengan suamiku... mengapa ia sangat aneh terhadapku ?

Aku tidak bisa diam begitu saja firasatku ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon ke rumah mertuaku, kebetulan Dian yang angkat telpon nya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab "Loe pikir aja sendiri !!!" telpon pun langsung terputus.
Ada apa ini ? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia pulang dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan ku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami, kami berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya, aku dari mana dan mengapa pulang terlambat, ia bertanya dengan nada yg keras, suamiku telah berubah.

2 Tahun berlalu, suamiku tak berubah juga, aku menangis tiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja kenal, kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna, walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiapi segala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan ia tak pernah bertanya obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah, aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji jadi aku tak perlu repot-repot meminta uang pada nya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh suami yang dulu aku puja, aku banggakan sekarang telah menjadi orang asing, setiap aku tanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu, setelah makan malam selesai, suamiku memanggilku.

"ya ada apa Yah !" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah"


"Lusa kita siap - siap ke Sabang ya !" Jawabnya tegas

" Ada apa ?" Mengapa ?" sahutku penuh dengan keheranan

Astaghfirullah. ..suami ku yang dulu lembut menjadi kasar, dia mebentakku,, tak ada lagi diskusi antara kami.

Dia mengatakan " Kau ikut saja jgn byk tanya !!! "

Aku pun lalu mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku yang tak ku kenal lagi.

2 Tahun pacaran, 5 tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buat ku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami sekarang menjadi dingin, sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak tapi aku tak bisa, suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang, dia bilang perbuatan itu menunjukkan ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini sendiri.


Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur, karena terus berpikir. Keluarga besar nya telah berkumpul di sana, termasuk ibu & adik-adiknya, aku tidak tahu ada acara apa ini.. Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah di dalam kamar tua itu, ia pun keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dlm lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua itu telah ada sebelum suamiku lahir.

Tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik pada ku memanggil ku untuk segera berkumpul di ruang tangah, aku pun ke ruang keluarga yag berada di tengah rumah besar itu, rumah zaman peninggalan belanda diaman langit-langitnya lebih dari 4 meter. aku duduk di samping suamiku, suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya pada nya, tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya membuka pembicaraan.

"Baiklah,karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha ! " Nenek nya bicara sangat tegas.. Dengan sorot mata yang tajam.

" Ada apa ya Nek ?" sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab " Kau telah gabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna, sebab selama ini kau selalu keguguran !!' Aku menangis, untuk inikah aku diundang kemari, untuk dihina atau dipisahkan dengan suamiku.
"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu, sebelum kau menikah dengannya, tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur, dan akhirnya menikahlah ia dengaa kau." Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

"Dan aku dengar dari ibu mertua mu kau pun sudah berkenalan dengannya" Neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu. Sedangkan suamikku hanya diam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian.
Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari pembicaraannya ialah dengan wajah yang sangat menantang ia berkata " kau maunya gimana ? kau dimadu atau diceraikan ?"
Masya Allah...... kuat kan hati ini, aku ingin jatuh pingsan, hati ini seakan remuk mendengar nya, hancur hati ku, mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau kayu tersebut, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

"Fish, jawab !! " Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab

Aku langsung memegang tangan suamiku, dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas....... ..

" Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru di rumah kami."

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku di bagi, pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi mata ku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka. Aku lalu bertanya kepada suami ku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabat ku dirumah kita nanti Yah ? "

Suamiku menjawab " Dia Desi ! "

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara " Kapan pernikahan nya berlangsung ? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek ?"

Ayah mertuaku menjawab "Pernikahannya 2 minggu lagi."

" Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruh nya mengurus KK kami ke kelurahan besok" setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi, air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar, aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri di sini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi,, sakit. .. diiringi akutnya penyakitku. Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini ?

Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

Peternakan Kelinci Holland Lop Sheno dan Rizky
Jl. Cikadut Dalam (Arah Terminal Cicaheum Bandung) No. 270, RT 6/ RW 3, Mandalajati, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40273
0819-1050-0571

www.jualkelincihollandlop.info