sepi

pagi masih terasa dingin, diluar hanya gemerisik angin samar menerpa pepohonan, merambat dari satu ranting keranting lain, lalu hinggap di genting dan berusaha menerobos celah-celah, seakan mencari kehangatan, sehangat Radil yang begitu menikmati tidur dalam dekapan selimut tebal,kiriman ayahnya dari belanda, namun angin tetap memaksa tuk ikut serta dalam kehangatan, telinga radil yang begitu peka mendengar suatu bunyi dari sampingnya, suatu nada yang begitu menghentak, bersyair syarat akan makna, tangannya meraba-raba, mencari benda asal dari bunyi yang menggangunya, “halo…. Siapa nih…” suara padil terdengar parau dan malas, “halo assalamualaikum brad…. Males banget sih, blon bangun ye? ni gua Ardi”, “oh… lo walaikumsalam, jam berapa sih?”, “jam 3 pagi”, “yah masih pagi donk, ganggu aja sih!” padil aga kesal , “yah lo… jangan mentang-mentang idup jauh dari gua lo jadi kayak dulu lagi”, “yah, yah, gua bangun...” padil duduk sejenak dan menyingkirkan selimutnya, bibirnya tersenyum, “heh… kapan lo pulang ke sini, gua kangen ni, pingin liat tampang ngambek lo!”, “yah… gua ngerti, tampang cakep gua kan maksud lo!”, “heuh…” padil mendengus kesal, “hihih,,,tenang ja brad! Gua tinggal nunggu waktu wisuda ja ko!”, “mang kapan wisudanya?”, “minggu depan!, ya dah cepet tu bersihin iler lo!jangan lupa solat yang khusu, jangan mikirin gua mulu”, “huh… dasar!!!” percakapan berakhir, padil segera mengambil air dan membasuhkanya ke muka, sontak dingin menjalar, padil merinding menikmati, “Rrrr… seger…”.
Tinggalah ia seorang diri dalam suatu gedung yang megah, hanya bi inem, perempuan separuh baya yang menemaninya, ayahnya masih di belanda sanah, ibunya? Ibunya memang mungkin masih ada tapi Radil tak pernah tau dimana, tampangnya pun tak pernah ia kenal, Ardi kaknya masih dalam perjuangn mencari “tau” di negri tetangga, yah Malaysia. “nape sih lo pilih Malaysia? Kyak ga da lagi sekolah ja, lo ga tau yah mereka sering berulah?” Tanya radil satu waktu setelah joging, “nah ini, ini yang dinamakan korban, korban media korban pendidikan, dan korban pergaulan. gini adiku tersayang, kenapa gua pilih Malaysia, karna yang da di benak gua mereka juga sama saudara kita, tuhan mereka, nabi mereka, kitab yang jadi panduan hidupnya, semua sama, mereka muslim gitu juga gua, lagian kalo pun gua pilih amrik no problem kan? Yang gua cari bukan orang nya, tapi ilmunya!” cakap Ardi berbusa-busa, “kaka ku tercinta, tapi meski kita sesama muslim, kalo mereka terus bikin ulah, kan ngeselin juga, pa lagi kita kan beda Negara dengan mereka”, Ardi sedikit menunduk “ini lah Rad, akibat dari di pecahnya muslim” suaranya terdengar begitu ketir, “ mereka lebih cinta dengan yang disebut tanah air sendiri, ketimbang saudaranya sendiri” lanjut Ardi, sebutir air hangat menetes juga dari pelupuk mata yang berusaha di bendungnya, seketika hening tercipta di ruang tamu itu. Ardi masih tertunduk merasakan sakitnya keadaan, Radil hanya terdiam semenjak kakanya meneteskan air mata, ada sedikit rasa bersalah dalam dadanya, ia pandangi kaka yang tepat ada di hadapanya itu, ingin ia minta maaf dan menanyakan kenapa kakaknya sampai menangis, tapi rasa ego mengalahkan niatnya, disinilah ia merasakan benarnya perkataan ego laki-laki tu mengalahkan segalanya. Sejenak padil mengingat lagi percakapannya tadi, ia meresapi kata demi kata, “apa hanya karna kata perbedaan Negara tadi kaka jadi menangis?”, kedatangan bi inem dengan dua gelas jus jeruknya, membuyarkan keheningan.
Dalam sepi malam, padil sungkurkan kepalanya di hadapan sang robb, keheningan seakan merajut rasa salah dalam dirinya, air matanya berderai dalam sujud, dan memorinya seakan menggelar masa lalunya, “robb maafkan lah segala dosaku, tegarkan aku kala kesendirian, tunjukanlah selalu jalan yang kau ridhai, anugrahkanlah sahabat sejati dalam hidup ku, sahabat yang kan ingatkanku waktu lupa, menyemangatiku kala semangat menyurut, menghiburku waktu duka mendera, dan kuatkan lah aku dalam ikatan kebenaran ini” doanya merangkai sunyi, sunyi yang begitu menentramkan hati, sunyi yang kan mampu menyejukan jiwa. 1/3 malam tuhan mencari.

by: ImAjI

0 komentar:

Posting Komentar

Peternakan Kelinci Holland Lop Sheno dan Rizky
Jl. Cikadut Dalam (Arah Terminal Cicaheum Bandung) No. 270, RT 6/ RW 3, Mandalajati, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40273
0819-1050-0571

www.jualkelincihollandlop.info