Karena Apa Kita Berbicara Cinta?


Ada kejadian yang membuat saya mengenang masa masa SMP dulu. Kalau dipikirkan baik-baik rasanya sangat cepat dunia ini bergulir ke arah ke tidak warasan. Cerita yang akan saya tulis ini adalah cerita ketika zaman kelas 7 dulu.


Merasa sudah menjadi remaja, sebagian dari bocah ingusan bau kencur fussion dengan sedapnya tengik terasi ditengah terik matahari, anggaplah mereka teman baru saya dalam mengarungi titik awal dari segala ketidakwarasan dunia. Mulailah terjadi benih-benih cinta diantara bocah-bocah ingusan yang barusan saya ceritakan[1], gejala ini terlihat sejak awal MOS[2] dan sebagian dari bocah ingusan itu ternyata memang memiliki super hormon, sehingga mereka puber duluan dibandingkan anak-anak lain yang masih ‘berbau tidak sedap’.

Hubungan asmara bocah sialan yg kecepetan puber ini ternyata berhasil menginfeksi seluruh kelas. Sehingga sehari hari, canda lucu yang seharusnya tampak pada wajah  bulat anak2 SMP, berubah menjadi canda yang brutal ala ‘crows boy’[3], padahal dandananya gak lebih keren dari preman kampung. Bukan! Bukan metafora, itu memang terjadi!

Memang ada satu kejadian ketika ada bocah tengik dari kelas tetangga yang tiba-tiba datang ke kelas (ketika sebuah perayaan, males gue ngebahasnya, yang jelas gak ada KBM saat itu), membawa armada ala jagoan bersamanya, untuk memperebutkan pepesan kosong. Perempuan!

Untuk menjaga privasi org-orang yg terlibat saya akan samarkan nama mereka. Jadi dibawah ini bukan nama asli mereka… ;D
Endru*: brakk… (satu kursi terjungkal)
            Mana nu ngaranna topan di dieu, an*ing…! (sambil tereak)
Perhatian satu kelas pun langsung tertuju pada bocah tengik bersama pengikutnya, yang baru saja men-smack down salah satu kursi malang di pojok kelas. Sedangkan saya dan anak-anak perempuan dikelas menjerit takjub akan tendangan sakti yg berhasil meng-K.O kursi di pojok kelas.
Topan*: Aing, mau apa neangan aing?[4] (sambil berdiri mendobrak bangku ala jagoan)
Endru*: jadi maneh nu ngarebut si Sindy*, si Sindy* kabogoh aing an*ing!!  (sambil bawa
           tongkat kayu, untuk meneror sejagad kelas kemudian dia hantamkan ke atas
           bangku)
Topan*: Sejak kapan, an*ing? (berlagak ala Tom Cruise siap nyolok mata tuna netra)
Endru*: Ah… gandeng! Ti  ayeuna !!  (mendorong tubuh si Topan*, dengan penuh percaya diri[5])
Batin gue cuma bisa bengong, “……………………………………………………………………………….”
Itu adalah saat pertama melihat tindak kekerasan ala preman kampung. Ah… Akan banyak tindakan dan ucapan yang tak waras jika diteruskan.
Pada akhirnya, pergulatan itu ditutup dengan histeris tangisan Topan*, Pura*, dan Fedil* (yang ketika kejadian bermaksud membela si Topan*), sedangkan Endru* membawa pasukannya kembali ke kelasnya, dengan sound effect “hahahaha” brakk… brukk… sepanjang perjalanan.

Oh… teman-teman ingusanku mengapa kalian berlaku seperti preman kampung di sekolah? Mengapa kalian terpecah gara-gara perempuan? Mengapa? Mengapa dan mengapa…………?

Satu pelajaran penting yang langsung saya dapat saat itu, adalah cinta yang membuat manusia buta! Sekalipun pejuang cinta itu adalah para monyet liar yang telah patah arang mengubah tampilan mereka. Satu hal yang pasti.

Cinta itu buta dan membutakan siapa saja yang tidak memahaminya…

Lantas haruskah kita menutup mata kita terhadap cinta? Jika bisa silahkan saja, namun hal seperti itu tak akan pernah terjadi karena mencintai dan dicintai adalah fitrah[6] manusia. Dalam hal ini Allah (SWT) berfirman: 

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”  ( QS. Ali Imran : 14 )

Allah menciptakan Qadar ataupun khasiat dalam diri manusia berupa hajatul ‘udhowiyyah[7]dan gharizah[8] . Manusia tidak akan mampu melanggar khasiat yang telah Allah tetapkan untuknya sebagaimana Allah telah menetapkan khasiat api  untuk membakar dan kertas untuk terbakar. Maka manusia tidak akan terlepas dari khasiatnya untuk saling mencintai dan dicintai.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Allah membuat kesalahan dengan menetapkan cinta terhadap manusia? Tentu tidak kawan, Allah adalah Dzat Yang Maha Benar! Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hambanya! Hanya saja kita kerap kali menyalah artikan kasih sayang yang Allah berikan untuk kita…. Itulah yang membuat kita menjadi tidak bermakna di hadapan-Nya! Sadarilah kawan……..!

Namun kecintaan terhadap makhluk yang berlebihanlah yang dilarang dalam Islam. Yaitu ketika kecintaan manusia terhadap dunia ini melebihi kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasulnya, jangan salahakan Allah jika Ia menurunkan ketetapannya. Dalam hal ini Allah menegaskan dalam firmannya:

“ Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu kuatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik ( QS. At Taubah : 24 )

Ketegasan firman di atas bukan pula hal yang melarang untuk mencintai ‘kehidupan dunia’, namun lebih tepatnya adalah Allah melarang jika kecintaan terhadap ‘kehidupan dunia’ mengalahkan cinta terhadap-Nya dan Rasul-Nya.

Yang menjadi masalah sekarang adalah kita tidak tahu bagaimana caranya untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Haruskah kita melupakan dunia “for Allah and His Messenger’s sakes”?! Menyucikan diri dari najisnya kehidupan dunia’? Haruskah………….?

Allah menciptakan alam semesta beserta isinya dan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Diantara ciptaannya itu diturunkanlah aturan untuk mengaturnya. Umat islam hadir menjadi umat terbaik ditengah-tangah kebrutalan sifat dasar manusia yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Dengan satu tujuan yakni agar manusia tunduk terhadap apa yang diperintahkan-Nya.

Karena itu, sikap yang harus diambil bukanlah 'Menyucikan diri dari najisnya kehidupan dunia'. melainkan menjalankan kehidupan dengan menerapkan aturan yang telah Allah rancang untuk kita. Begitulah bentuk cinta seorang muslim yang sesungguhnya terhadap Rabb dan kekasih-Nya.

Rasulullah sebagai orang yang menjadi pembawa obor kehidupan telah mewariskan kepengurusannya kepada para khalifah yang ada setelahnya. Sejak masa Abu Bakar hingga masa Sulthan Abdul Hamid II, merekalah yang menerima tongkat estafet kehidupan seluruh muslim di dunia. Merekalah orang-orang yang siap menderita demi menjaga kemuliaan umat. Itu semua mereka lakukan karena ketundukan dan cinta mereka terhadap Allah (swt) dan Rasul-Nya. Imam Muslim telah menuturkan riwayat dari Auf bin Malik, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

“Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian benci dan merekapun membenci kalian; kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim)

Namun seperti yang kita rasakan saat ini, bahwa kehidupan kita malah dijauhkan dari aturan Islam. Kita tidak diperbolehkan untuk hidup dalam ketaatan yang total kepada Rabb kita. Kecintaan kita untuk menjalankan seluruh sunnah baginda rasulpun sengaja di-steril kan dari kehidupan bernegara. Sedangkan hidup kita dipersulit oleh para penguasa. Telah nyata penderitaan yang dialami saudara satu aqidah di luar sana. Akibat ketundukan para penguasa terhadap hawa nafsu mereka. Tiada lagi kepatuhan terhadap Allah dan Rasul-Nya, tiada lagi kecintaan mereka terhadap rakyatnya sedangkan mereka menjadi pilar-pilar penopang yang ‘menyaingi’[9] Tuhan mereka. Maka wajar jika tidak ada kecintaan dalam diri mereka, karena kecintaan itu akan muncul dari ketaatan totalitas yang diikuti sikap pasrah terhadap aturan-Nya. Bukan karena yang lain.

Saya ingin meminjam petikan lagu Thufail, untuk mengungkapkan nya.

...ini takkan dimengerti oleh hati yang penuh dengan dusta yang buta oleh warna warni dunia yang fana, ini hanya untuk mereka yang selalu ingin luruskan keteladanan bagi generasi berikutnya...

Kecintaan hakiki yang muncul dari kacamata ideologi. Berdiri di atas pijakan yang satu ; Aqidah Islam. Beramal dengan neraca yang satu ; Syariah Islam. Berkasih sayang dalam keteladanan yang satu ; Ukhuwah Islam.



_______________________________________________________________________

[1] bocah ingusan berfrase “bau kencur fussion dengan sedapnya tengik terasi ditengah terik matahari”

[2] akronim Masa Orientasi Siswa

[3] julukan bagi siswa berandalan, tahun 70-an. Populer dalam film adaptasi manga Jepang berjudul “Crows Zero”

[4] rupanya si *topan ini tidak terbiasa menggunakan bahasa sunda

[5] karena tubuhnya yang kecil sebetulnya tidak seimbang dengan tubuh si Topan* yang tinggi

[6] sudah menjadi ketentuan Allah

[7] kebutuhan jasmani

[8] naluri

[9] Para pemimimpin itu mengkhianati amanah yang Allah berikan atas mereka dan menjadi pelindung bagi orang-orang yang memusuhi Allah. Sebagai penjaga keberadaan Kapitalisme di negeri-negeri kaum muslimin.

0 komentar:

Posting Komentar

Peternakan Kelinci Holland Lop Sheno dan Rizky
Jl. Cikadut Dalam (Arah Terminal Cicaheum Bandung) No. 270, RT 6/ RW 3, Mandalajati, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40273
0819-1050-0571

www.jualkelincihollandlop.info