Kugadaikan Diriku Demi Adikku | Kisah Renungan

Dari:
Julian Patra 'Iyan
Kepada:
Anggota Pecinta Kisah Nyata, Cerita Motivator, Kisah Renungan dan Info Penting V

Pesan:
Keteduhan memang masih ada dikampung yang jauh dari hingar bingarnya
budaya perkotaan. Polusi udara belum menyentuhnya, walaupun televisi
sudah mulai mempengaruhi gaya hidup anak anak muda.
Adalah dua kakak beradik yang hidup dalam keluarga yang pas-pasan,
bahkan lebih banyak kekurangannya. Tidak jarang kedua kakak-beradik
ini saling mengalah. Kalau hari ini kakaknya mengalah tidak mendapat
jatah, besok adiknya yang mengalah demi kakaknya. Tidak ada iri hati
dan juga tidak ada kebencian. Kebahagian adik adalah kebahagian kakak.

Hari itu mereka berdua bermain bersama. Tidak sengaja, kakaknya
menyenggol kacamata ayahnya yang ditaruh di atas meja, terjatuh dan...
"prak", pecah. Keduanya saling pandang, bungkam dan berpelukan, tidak
ada kata tuduhan dan tidak ada kalimat saling menyalahkan. Mereka
kompak, diam dan tidak memberitahukan kepada ayahnya.

Ayahnya masuk dan mendapatkan kacamatanya sudah pecah. Ayah yakin
salah satu di antara kedua anaknya yang menjatuhkannya. Keduanya hanya
membisu saat ditanya.

"Ayu. Kamu yang menjatuhkan kacamata ayah?", pertanyaan ayah kepada
anak pertama. Ayu diam menunduk, mengarahkan pandangan matanya ke
lantai dengan ketakutan.

"Rahma. Kamu yang menjatuhkan kacamata ayah?", giliran pertanyaan
diajukan kepada adiknya. Rahma pun diam, menunduk dan mengigit
bibirnya.

"Kacamata ini tidak mungkin jatuh sendiri tanpa ada yang menjatuhkan.
Kalau tidak ada yang mengaku, semua akan ayah hukum lebih berat",
ayahnya mengancam supaya ada yang mengaku.

Mereka berdua sadar, meskipun mengaku tetap akan dihukum, karena sudah
tahu kebiasaan ayahnya.
Mendengar ancaman ayahnya, Rahma langsung angkat bicara.

"Maafkan Rahma ayah, Rahma yang menjatuhkan".
Rahma mengambil alih tanggung jawab kakaknya demi cinta dan kasih
sayang. Dia tahu konsenkuensi apa yang akan diterima dari ayahnya.

"Buka tangannya, maju ke mari...!", perintah ayahnya yang sudah siap
memegang pecahan bambu. Dan... "Bug... bug... bug..." kayu itu
mendarat bertubi tubi di kedua telapak tangan Rahma. Mata Rahma
meneteskan air mata mulutnya merintih rintih menahan sakit.

Ayu tidak tahan melihat ayahnya memukuli adiknya.

Dia hanya bisa menahan tangis dan lari ke kamarnya. Di dalam kamar, ia
tumpahkan tangisnya.

Ada rasa bersalah yang tak mungkin dimaafkan oleh adiknya. Ada sesal
yang tak mungkin bisa dikembalikan.

Mengapa harus adiknya
menanggung, padahal dirinya yang melakukan. Dia merasa telah berbuat
kesalahan dan mementingkan diri sendiri.

Seharusnya, seorang kakak melindungi adiknya, tapi kenapa justru adik
yang menyelamatkna kakaknya dan terpaksa mengambil alih tanggung jawab
kakaknya.

Sejak saat itulah, Ayu berjanji pada dirinya sendiri akan berbuat apa
saja untuk adiknya agar kelak menjadi orang yang sukses, berhasil,
mengangkat harkat dan martabat orang tuanya, dibanggakan oleh seluruh
keluarganya.

Waktu terus berjalan. Kedua kakak dan adik telah lulus SMP. Keduanya
berhasil mendapatkan NEM yang mambanggakan sekolahnya, 48.
Seharusnya mereka berdua diterima di SMA yang menjadi idaman semua
siswa. Ayah dan ibunya merasa gembira, anaknya lulus SMP. Tetapi
kegembiraan itu pupus setelah menyadari betapa tingginya biaya
pendidikan.

Bagaimana bisa menyekolahkan kedua anaknya, sementara perekonomian
keluarga lebih banyak kurangnya daripada pasnya. Lagi lagi kedua kakak
beradik itu diuji kebersamaan dan rasa kasih sayangnya.

Mulanya sang adik bersihkeras mengalah demi kakaknya, agar dapat
melanjutkan ke SMA. Dia memilih tidak meneruskan sekolah, membantu
orang tua memperkuat perekonomian, agar kakaknya bisa sekolah.

Tetapi kakaknya sudah bersumpah dan berjanji, demi adiknya apapun akan
dilakukan. Rahma harus sekolah.

Kini Rahma sudah duduk di bangku SMA. Biaya pendidikan bisa
ditanggungi, apalagi Ayu ikut berkerja menghidupkan keluarga ini.
Masalahnya, sesudah tamat sekolah, Rahma harus melanjutkan ke
Perguruan Tinggi. Masih mampukah keluarga ini membiayai pendidikan
Rahma sampai tingkat selanjutnya.

"Mbak Ayu, Rahma sekolahnya sampai SMA saja ya?", Rahma menyampaikan
keinginan itu kepada kakaknya. Dia cukup memaklumi kondisi keluarga.
Tetapi Ayu tidak menanggapinya, justru memberikan motivasi dan
mendorongnya untuk terus bisa melanjutkan sekolahnya.

"Rahma, kamu harus terus bisa kuliah. Mbak akan berkerja ke kota agar
kamu bisa terus kuliah. Biar Mbak yang mencari biaya pendidikan kamu".
Ayu meyakinkan adiknya agar kelak menjadi orang hebat.

Ternyata mencari kerja di kota tidak mudah. Apalah arti ijazah SMP,
paling paling menjadi pembantu rumah tangga, atau pelayan toko. Itu
pun harus punya koneksi. Masuk penampungan Yayasan Penyedia PRT atau
Baby sitter, harus nanti diberikan kepada pengelola penampungan, atau
tiga bulan gaji untuk yayasan. Cukup lama Ayu mondar mandir, pindah
kerja dari satu kerja ke tempat kerja lain hanya karena gajinya
terlalu kecil. Sedangkan dia sudah punya komitmen membiayai kuliah
adiknya.

Lelah sudah usahanya untuk mengais rezeki. Dalam kelelahan itu dia
bertemu dengan seorang yang menawarkan pekerjaan dengan gaji yang
cukup besar. Tanpa berfikir panjang, tawaran itu diterima. Dan
mulailah ia berkerja.

Sungguh tak pernah terfikir dan tak pernah dibayangkan, ternyata
pekerjaan yang harus dilakukannya adalah menemani laki laki hidung
belang. Apa mau dikata, terlanjur basah ya sudah mandi sekalian. Cita
citanya hanya satu yaitu membiayai kuliah adiknya.

Inilah sisi kehidupan kota. Wajah wajah seperti Ayu terbilang
jumlahnya. Motif dan latar belakang sangat bervariasi dan berbeda
beda. Ayu harus berkerja, tidak ada pilihan lain. Dia tersenyum disaat
orang orang tersenyum, padahal batinnya menjerit. Dia harus tampil all
out, padahal hatinya hanya untuk adiknya. Dia harus mampu
mengairahkan, padahal tidak mempunyai semangat, kecuali bagaimana cara
mendapatkan uang. Yang paling membuatnya "terpukul" adalah kata
hatinya yang bertentangan dengan kenyataan. Dia harus berbohong kepada
kedua orang tuanya. Dia harus berbohong kepada adiknya, dia harus
berbohong kepada dirinya sendiri. Mereka semua tidak pernah tahu apa
sebenarnya pekerjaan Ayu, selain hanya mendapat jawaban kerja di
hotel.

Perjalanan Ayu cukup panjang, dari satu meja ke meja lain, dari kamar
ke kamar, dari satu pelukan ke pelukan lain. Pernah ayu mencoba untuk
berhenti, tetapi cita citanya mengalahkan kata hatinya. Pernah juga
Ayu datang kepada seorang yang memiliki ilmu agama yang kuat, tetapi
hanya mendapat nasihat supaya berhenti dari pekerjaannya tanpa
memberikan solusi pekerjaan apa yang bisa mendatangkan rezeki.
Ayu sadar apa yang dia lakukan adalah dosa besar. Maka itu di sela
sela kesibukannya sebagai pramusyahwat. Ayu masih melaksanakan
ibadahnya dan berdoa menangis kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Tuhan adakah yang aku kerjakan ini masih mendapat bagian dari pahala?
Tuhan aku mohon Engkau memberikan jawaban, siapakah yang lebih mulia
di antara orang yang melacur demi mendapatkan kemuliaan-MU, ataukah
orang yang merampok, korupsi dan menggarong uang negara untuk melacur?
Tuhan, beri aku kesempatan untuk bertobat setelah selesai tugasku
memuliakan keluarga."

Tidak sia sia perjuangan Ayu. Rahma telah mampu menempuh pendidikannya
dengan tepat waktu, berhasil mendapatkan gelar sarjana. Tidak tanggung
tanggung, Rahma menjadi mahasiswi teladan, dan mendapat penghargaan.

Rahma tak kuasa menahan tangis ketika disebut namanya, disaat wisuda,
di saat profesor menyerahkan gulungan kertas. Air matanya terus
mengalir dan dadanya sesak menahan keharuan. Segera dia berlari
meninggalkan panggung kehormatan mencari Ayu, kakaknya, di antara
kerumunan orang banyak.

Semua perhatian orang tertuju kepadanya, ada keheranan, karena upacara
belum selesai. Ada yang ikut berlari dibelakangnya, khawatir terjadi
sesuatu.

Ayu ditemukan duduk di deretan paling belakang, lalu dipeluk dan
dicium bertubi tubi. Keduanya terlibat dalam keharuan, tak bisa
berkata kata, selain isak tangis dan sesenggukan. Orang bertanya
tanya.

Di situlah, Rahma menyatakan bahwa keberhasilannya adalah milik Ayu, kakaknya.

Tidaklah sebanding pengorbanan kakaknya dengan secarik kertas
sertifikat IJAZAH yang diterima. Terlalu tinggi nilai nilai kasih
sayang dan persaudaraan seorang kakak kepada adiknya.

Kugadaikan diriku.... demi adikku
Ayu merasakan beban berat telah lepas dari pundaknya. Ayunan
langkahnya terasa ringan. Sumpah dan janjinya telah dibuktikan.
Tanggung jawabnya telah diselesaikan. Ayu kembali bersama Rahma,
kembali ke rumah, kembali kepada fitrahnya meninggalkan semua
kehidupan suram yang bertentangan dengan nuraninya.

Tidak ada yang terpikirkan lagi kecuali sampai di rumah lalu langsung
mengelar sajadah, sujud mohon ampun kepada Tuhan.

Sesungguhnya Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pengampun dan
menerima taubat.

*Kasih sayang seorang kakak yang sungguh besarnya kepada adik yang ia cintai.

Hanya karena kesalahan seorang kakak dimasa kecil yang di tanggung
oleh adiknya guna melindungi kakak yang ia sayangi.

Cinta seorang kakak kepada adiknya hingga rela menyuramkan masa
depannya demi adik dalam meneruskan pendidikan dengan cara menjajahkan
tubuhnya memuaskan nafsu bejad laki laki hidung belang.

Source : NN
********************
klo ada comment boleh di tulis di wall grup ini, caranya
1. Judul Artikel
2. Testi tentang artikel tersebut
3. Testi tentang grup ini
4. Kumpulkan Point Privilege Member kalian ( Info klik
http://www.facebook.com/topic.php?topic=16318&uid=287105207511 )
thx
<!Y@N>

0 komentar:

Posting Komentar

Peternakan Kelinci Holland Lop Sheno dan Rizky
Jl. Cikadut Dalam (Arah Terminal Cicaheum Bandung) No. 270, RT 6/ RW 3, Mandalajati, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40273
0819-1050-0571

www.jualkelincihollandlop.info