pemuda kini


Figur pemuda hampir mendominasi layar TV, baik yang meramaikan dunia hiburan (musik dan sinetron), maupun yang meramaikan berita kriminal (pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, perjudian, narkoba, dll). Inilah realitas yang menimpa pemuda masa kini, pada seluruh jenjang usia pemuda, mulai dari kaum pelajar, mahasiswa, maupun pengangguran.

Sehingga pemuda yang mestinya idealis, punya semangat juang tinggi, tidak kenal putus asa, dan kerja keras dengan temperamen yang cool dan confident, berubah menjadi sosok pemuda yang menyeramkan dan menakutkan. Seorang pemuda tanpa identitas dan tujuan hidup yang jelas. Bayangkan saja, kalau jalan miring-miring karena teler, rambut model jabrik yang tak jelas mau disisir ke mana, serta warna rambut yang tidak jelas mau di cat apa, kalung rantai yang melilit di leher, pinggang, anting-anting yang dipasang hampir di sekujur badannya, serta tato yang menutupi tubuhnya. Kerjanya kongkow-kongkow di pinggir jalan, mondar-mandir di mall, trek-trekan motor dan hobi tawuran. Sosok pemuda yang bebas mengumbar nafsu syahwatnya, bebas bergaul dan bebas segala-galanya.

Gambaran di atas barangkali terlalu ekstrim, namun fakta memang menunjukkan demikian bahwa terlalu sedikit kelompok pemuda yang sadar akan nilai kehidupan.

Pemuda Idaman …..

Ibnu al-‘Abbas r.a. berkata: “Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni antara 30 - 40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang ‘alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja. Kemudian Ibnu al-‘Abbas r.a. membaca firman Allah Swt. dalam surat al-Anbiya’ ayat 60:

Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim " (Tafsir Ibnu Katsir III, halaman 183).

Pemuda memang identik dengan tingkat idealisme yang tinggi. Di samping fisik yang mumpuni, semangatpun dapat dibilang luar biasa. Dalam sejarah, usia para pemuda Islam yang pertama mendapatkan pembinaan di Dar al-Arqam rata-rata sekitar 20 tahunan. Yang paling muda adalah ‘Ali Ibn Ab> Thalib, waktu itu usianya masih 8 tahun hampir sama dengan al-Zubayr Ibn al ‘Awwam. Kemudian dalam pembinaan Rasul itu masih ada Ja‘far Ibn Abi Thalib yang saat itu usianya 18 tahun, ‘Utsman Ibn ‘Affan, usia 20 tahun, ‘Umar Ibn al-Khaththab sekitar 26 tahun dan Abu Bakr al-Shiddiq yang sudah berusia 37 tahun saat itu. Dan masih banyak lagi para sahabat yang semuanya masih relatif muda usia. Mereka bersemangat dalam mengikuti pembinaan Rasulullah Saw. ‘Aqidah Islamiyyah yang ditanamkan Rasul mampu mengubah pola pikir mereka tentang kehidupan.

Bahkan dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa ‘Abd Allah Ibn ‘Umar, yang masih berusia 13 tahun dan al-Barra>’ ngotot ingin berperang bersama pasukan Rasulullah dalam perang Badr, namun oleh Rasulullah ditolak karena masih kecil. Tahun berikutnya pada perang Uh}ud, beliau tetap ditolak, hanya al-Barra’ yang boleh ikut. Barulah keinginannya yang tak tertahankan itu terpenuhi pada saat perang Ahzab, Rasul memasukkannya ke dalam pasukan kaum muslimin yang akan memerangi kaum musyrikin. Semangat seperti inilah yang saat ini sulit ditemukan dalam diri pemuda Islam. Kalau pun ada itu hanya sedikit saja yang memilikinya. Jangankan untuk berjihad, dalam menuntut ilmu saja, pemuda kita sudah bosan dan tak bersemangat. Yang muncul justru semangat dalam tawuran dan tindak kriminal lainnya.

Seorang pemikir dari Beirut, Mushthafa al-Ghalayayni berkata: “Adalah terletak di tangan para pemuda kepentingan umat ini, dan terletak di tangan pemuda juga kehidupan umat ini.” Kemudian Mushthafa Kamil, pemikir dari Mesir berkomentar: “Pemuda yang bodoh, beku (tidak punya ruh jihad) untuk memajukan bangsa, matinya itu lebih baik daripada hidupnya.” Rasanya, komentar-komentar yang dilontarkan para pemikir Islam ini tak mengada-ngada. Dan bukan pula menekan para pemuda. Justru memberikan gambaran yang jelas bahwa pemuda yang ideal adalah yang mampu menjadi pelopor dalam kemajuan bangsanya. Bukan pengekor, yang hanya menjadi sapi perah peradaban yang rusak.

Menyikapi peran pemuda, al-Imam al-Syafi‘i mengatakan bahwa: "Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)." Seorang pemuda harus memiliki ilmu dan ketakwaan, dan yang pasti, mereka harus menjadi kebanggaan umat. Harus menjadi teladan yang diidamkan siapa saja. Tentu saja, teladan dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan. Sepertinya para pemuda mesti mencontoh Usamah Ibn Zayd yang masih muda belia, usianya 18 tahun saat diangkat menjadi panglima perang oleh Rasulullah Saw untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yanag berada di bawah kekuasaan Romawi. Menakjubkan!

Sukses Diri Sebagai Pemuda Idaman

Sukses sering diartikan berhasil atau tercapainya suatu tujuan, baik tujuan yang benar maupun yang salah. Jika yang dimaksud sukses adalah keberuntungan (al-falah), maka seorang muslim dikatakan sukses jika perilakunya sesuai dengan standar ‘aqidah dan syari‘ah.

Sehingga ketika seorang pencuri berhasil menggondol barang curiannya, ia tidak dapat dikatakan sukses, sebab yang dilakukan melanggar syari’ah. Namun seorang yang bekerja keras secara halal dari pagi sampai sore, tapi hanya mendapatkan rizqi sedikit, tetaplah termasuk orang yang sukses.

Memang dalam sistem kehidupan yang dicengkeram ideologi kapitalis-sekuleris seperti saat ini, seluruh aspek kehidupan terpola oleh ideologi asing ini. Di mana ideologi ini tidak akan pernah memberikan ruang yang cukup bagi agama, sebab agama bukanlah sesuatu yang penting bagi kehidupan. Agama dalam pandangan kapitalisme-sekulerisme diposisikan sebagai hubungan (ritual) pribadi manusia dengan Tuhannya, sementara hubungan manusia dengan manusia lainnya seperti politik, ekonomi, budaya, pemerintahan, tidaklah diatur oleh agama.

Karena itu ideologi kapitalis-sekuler ini mampu membentuk tipikal pemuda yang dangkal pemahaman agama, menjadi pemuda yang sekuler, liberal, materialis, oportunis dan individualis. Dikatakan sekuler karena meletakkan agama terbatas pada hubungan (ritual) dirinya dengan Tuhannya. Dikatakan liberal karena ingin membebaskan nafsunya dari berbagai ikatan agama. Dikatakan materialis karena tujuan hidupnya adalah mengejar kesenangan duniawi dan lupa tujuan akhiratnya. Dikatakan oportunis karena cara mengukur segala tindakannya berdasarkan asas manfaat semata, bukan halal-haram. Dikatakan individualis karena akan menjadi pemuda yang hanya mementingkan diri sendiri, serta kurang menaruh kepedulian pada orang lain. Memang pemuda seperti ini akan bisa hidup, namun jelas bukan hidup yang benar.

Sungguh Islam telah mencetak profil pemuda muslim, seorang pemuda yang berkepribadian Islam (Syakhshiyah Islamiyyah). Memiliki kepribadian Islam, berarti seorang pemuda mempunyai pola pikir (‘aqliyah) Islami, di mana ia akan menjadikan ‘aqidah Islamiyyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Di samping itu, ia juga mempunyai pola sikap/jiwa (nafsiyah) Islami, di mana ia mempunyai kecenderungan yang Islami dan memenuhi kebutuhannya secara Islami, yakni dengan standar syari‘ah Islamiyyah, baik kebutuhan jasmaninya (al-hajah al-‘udlwiyyah), seperti makan, minum, atau istirahat; maupun kebutuhan naluriahnya (al-gharizah), yang meliputi naluri beragama (gharizah al-tadayyun), seperti: mensucikan Tuhan, ibadah; ---naluri mempertahankan diri (gharizah al-baqa’), seperti: cinta kedudukan, dll; ---dan naluri melangsungkan keturunan (gharizah al-naw‘ ), seperti senang lawan dengan jenis, sayang anak, dll.

Dari uraian tersebut, seorang pemuda muslim dikatakan sukses jika memiliki kepribadian Islami. Jika tidak, maka ia termasuk golongan pemuda yang gagal menjalani hidup. Untuk memiliki kepribadian Islami tersebut, seorang pemuda harus mengkaji Islam secara mendalam sampai terbentuk pemahaman (persepsi) yang benar, baik menyangkut ‘aqidah maupun syari‘ah, sehingga pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan Islam.

Salah satu karakter pemuda muslim yang berkepribadian Islam dalam konteks sekarang adalah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kondisi umat. Di saat umat dibelenggu oleh ideologi perusak (kapitalis-sekuler) seperti saat ini, pemuda muslim harus segera sadar dan terhentak untuk turut serta dalam proses perubahan masyarakat menuju kondisi yang Islami. Secara konkret, pemuda yang peduli dengan umat akan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang pengemban dakwah (hamil al-da‘wah), sebab metode Islam untuk mengubah masyarakat dari kondisi tidak Islami menjadi Islami, tak lain adalah dengan jalan mengemban da‘wah Islamiyyah.

sumber: dakwahkampus.com

0 komentar:

Posting Komentar

Peternakan Kelinci Holland Lop Sheno dan Rizky
Jl. Cikadut Dalam (Arah Terminal Cicaheum Bandung) No. 270, RT 6/ RW 3, Mandalajati, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40273
0819-1050-0571

www.jualkelincihollandlop.info