Membangun Differentiation

Jhon Simpony berkata different not always better, but the best always different. Setelah kita memahami dan membangun positioning sesuai dengan dimensi diri yang dimiliki (Realistic, Intellectual, Social, Conventional, Enterprising dan Artistic). Maka selanjutnya harus membangun differentiation, kenapa hal ini harus dilakukan? Mansusia yang hidup di negeri ini berjumlah lebih dari 200 juta dan sudah bisa dipastikan aka nada kesamaan dimensi diri yang dimiliki dari jumalah penduduk negeri ini. Karena adanya persamaan dimensi diri maka harus ada yang berbeda agar mampu memenangkan ‘persaingan’ hidup, kalau tidak akan kalah. Misalnya orang yang memiliki kemampuan dari sisi dimensi artistic sangatlah banyak, dan sudah bisa dipastikan sudah banyak yang famous (terkenal) maka mutlak di perlukan differentiation yang harus diciptakan.
Kalau begitu harus menciptakan perbedaan yang khas, dimulai dari penampilan fisik, kualitas diri, emotional yang khas dan kepribadian yang khas. Kembali pada contoh diatas, akhir-akhir ini menjamurnya penyanyi musik dangdut atau band namun pertanyaannya adalah apakah mereka semua memiliki perbedaan yang khas.
Bukan sekedar asal berbeda, namun berbeda yang memiliki keunggulan dan ke khasan yang mendalam. Hal ini bisa didapatkan setelah melakukan perenungan yang mendalam serta mengamati lingkungan yang menjadi kompetitor kita. Mengamati apa saja yang menjadi kelebihan mereka, dan harus berani belajar secara langsung kepada mereka. Kompetitor harus di jadikan sahabat bukan sebagai musuh. Belajar kepada competitor bukan bermaksud mencuri ilmu dan juga bukan mencari kelemahan yang ada pada diri competitor namun dalam rangka menambah khazanah intelektual. Berbeda adalah nilai plus  yang akan meningkatkan valensi, memberikan nilai jual yang tinggi pada diri kita. Di dalam era globalissi diperlukan kemampuan marketing your self artinya menjual sesuatu yang menjadi kelebihan di dalam diri kita. Kata cavanagh dalam the global dream (1996). Globalisasi seperti menjadikan dunia menjadi the global shooping mall. Namun demikian, hanya seperempat umat manusia yang masuk dan berbelanja, sementara sisanya hanya melongo di luar etalase mall. Globalisasi bukan saja peluang, namun juga bersifat predatorik atau memangsa mereka yang tidak siap; memangsa mereka yang lemah. Jadi siapa saja yang tidak memiliki inner power yang berbeda dengan yang lain mungkin bisa dipastikan akan sedikit tergeser atau kalah dalam kompetisi ini.

Setidaknya manusia sudah memiliki kekuatan pokok yang sama yaitu  Intelligence dan emotional. Tergantung apakah kita akan meningkatkan atau membiarkan hingga terjadinya ketumpulan. Kapital yang terpenting dari manusia adalah kemampuannya melakukan olah pikir dan mengelola emosionalnya. Profesor. Dr. Asip F. Hadipranata guru besar psikologi UGM, mengemukakan bahwa konteks yang disebut sebagai IQ (Intelligence Quotient) ini berada pada ranah atau kawasan kognitif di mana pola ajarnya adalah asah-cipta. Kembali menurut Prof. Asip F. mempunyai sasaran belajar masalah atau problem menggunakan proses belajar analisis sintesis dan deskriptif daya hasil belajarnya adalah wawasan atau insihgt. Maknanya adalah power of seeing with the mind into a problem atau appretly sudden apprection of the solution to problems. Indikator dari perkembangan IQ adalah kecerdasan dengan indikator kompetensi adalah pintar. Sedangkan indikator dari emotional adalah kemampuan mengolah dan mengendalikan diri.

0 komentar:

Posting Komentar

Peternakan Kelinci Holland Lop Sheno dan Rizky
Jl. Cikadut Dalam (Arah Terminal Cicaheum Bandung) No. 270, RT 6/ RW 3, Mandalajati, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40273
0819-1050-0571

www.jualkelincihollandlop.info